Delapan tahun sejak dirilis untuk Playstation 3 dan Xbox 360, Persona 4 Arena Ultimax akhirnya dihadirkan dalam versi Playstation 4, Nintendo Switch, dan Microsoft Windows di bulan Maret 2022. Para gamers yang sebelumnya tidak memiliki dua konsol di atas, kini berkesempatan merasakan keseruan dari salah satu spin-off Persona 4 di tiga port berbeda.
Berfokus pada gameplay pertarungan (fighting), Persona 4 Ultimax juga menyisipkan elemen RPG di beberapa mode yang tersedia, di antaranya Story Mode, Versus Mode, Golden Arena, Arcade, Score Attack, Online Mode dan lain-lain. Seperti game-game Persona sebelumnya dalam franchise Shin Megami Tensei, Persona 4 Arena Ultimax menghadirkan koleksi musik nge-beat nan catchy yang begitu memanjakan telinga.
Persona 4 Arena Ultimax adalah sekuel langsung dari Persona 4 Arena, spin-off fighting pertama dari Persona 4. Gamers tidak perlu memainkan Arena terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang terjadi di Ultimax. Story Mode yang ada memungkinkan gamers untuk mengetahui peristiwa terdahulu, atau setidaknya mendapat gambaran kasar.
Karakter-karakter yang dihadirkan dalam Ultimax berasal dari Persona 3, Persona 4 dan Persona 4 Arena. Ada beberapa karakter yang awalnya hanya eksklusif untuk konsol, kini dihadirkan juga di Switch dan PC.
Story

Storyline Ultimax saling berkaitan dengan tiga game sebelumnya. Timelinenya dimulai hanya beberapa hari sesudah ending Arena, sebuah spin-off yang berlangsung tiga bulan setelah Persona 4, dan dua tahun setelah Persona 3.
Lokasi utama Ultimax adalah kota Inaba, yang tiba-tiba saja diselimuti kabut merah pada suatu malam. Para protagonis kemudian dipaksa untuk mengikuti sebuah turnamen misterius bernama “P-1 Climax.”
Dalam storyline Arena, turnamen tersebut bernama “P-1 Grand Prix” dan berlangsung di dalam TV World — sebuah dunia di dalam televisi. Sementara untuk Ultimax, turnamen “P-1 Climax” berlangsung di dunia nyata kota Inaba. Beberapa replika lokasi dari Persona 3 hadir menambah daftar area turnamen.
Jalan cerita Ultimax dibagi ke dalam dua narasi yang berjalan secara beriringan atau paralel. Timeline pertama melibatkan para protagonis dari Persona 4, sementara yang kedua adalah jajaran mantan anggota kelompok SEES dari Persona 3. Para protagonis dari kedua timeline akan menghadapi Sho Minazuki, karakter antagonis orisinal Ultimax.
Setelah gamers menyelesaikan kedua timeline, sebuah chapter baru akan terbuka. Chapter ini akan menjadi penutup dari keseluruhan jalan cerita Persona 3, 4 dan Arena, yang kami rasa begitu ‘hangat’ dan menyentuh. Semua suka happy ending, kan?
Gameplay

Atlus dan Arc System Works tak main-main dalam merancang Ultimax. Peralihan dari genre RPG turn-based ke fighting merupakan sesuatu yang cukup drastis, namun dieksekusi dengan begitu baik.
Ultimax terasa seperti game fighting yang dibuat dengan sepenuh hati, dan menurut kami, mampu disejajarkan dengan judul-judul besar seperti Guilty Gear, King of Fighters, Street Fighter, atau Tekken. Bahkan, untuk beberapa poin, kami merasa kualitas Ultimax berada sedikit di atas judul-judul tersebut.
Mengapa demikian? Ini dikarenakan Ultimax menyuguhkan sistem battle yang begitu kompleks. Kami baru mulai menyadari betapa kompleksnya sistem pertarungan Ultimax setelah menjalani sesi pembelajaran di Lesson Mode.
Awalnya, kami mengira Lesson Mode ini hanya akan mengajarkan gerakan-gerakan dasar, beberapa jurus dan kombo. Semua itu memang diajarkan, namun ada banyak lainnya hingga menyentuh 60 pelajaran!
Khusus untuk mempelajari combo, gamers dapat memilih Challenge Mode. Di mode ini, kalian akan diminta untuk menekan serangkaian tombol yang tertera di layar untuk mengeksekusi setiap combo.
Terasa mudah di awal, namun combo-combo tipe advanced hingga expert begitu sulit dieksekusi karena harus ditekan dengan tepat dan cepat. Sedikit terlambat menekan tombol, maka karakter dummy yang dijadikan samsak oleh kalian akan otomatis melakukan block dan tantangan pun harus diulang dari awal.
Kompleksitas sistem pertarungan dalam Ultimax menjadikan game ini terbilang cukup hardcore. Namun itu bukan berarti casual gamers tidak bisa memainkan game ini. Ultimax menyuguhkan beberapa kemudahan, termasuk menyederhanakan gerakan kombo dengan hanya menekan satu tombol secara berulang-ulang.
Kemudahan ini dapat dimanfaatkan para gamers untuk lebih mendapatkan ‘feeling’ dari sistem pertarungan Ultimax, sebelum nantinya menjadi lebih mahir dan tidak membutuhkannya lagi.
Untuk gamers yang menyukai fighting game dan belum pernah memainkan satu pun seri Persona, Ultimax dapat tetap dimainkan dengan menyenangkan tanpa perlu tahu siapa karakter ini, siapa karakter itu, dan sebagainya.
Gamers tipe ini dapat langsung terjun ke battle tanpa perlu menyentuh story sama sekali dengan cara memilih Arcade, Online Mode, atau Versus Mode jika bermain bersama teman.

Untuk Story Mode, fokus Ultimax diubah 180 derajat dari fighting ke visual novel. Memang masih ada pertarungan di mode ini, namun sebagian besar waktu kalian akan dihabiskan untuk melihat percakapan yang seolah tidak ada habisnya.
Saking panjangnya, dialog di setiap sesi masih terasa cukup lama walau kami menekan tombol quick skip. Bagi kalian yang ingin langsung terjun ke battle, Story Mode akan terasa sangat membosankan. Namun sebaliknya, jika kalian menyukai game-game JRPG dengan gaya visual novel, Story Mode akan menjadi mode yang sangat menyenangkan.
Audio & Visual

Saat kami memainkan Ultimax, sekilas grafiknya terlihat seperti game Guilty Gear dan BlazBlue. Ternyata, setelah kami mencoba mencari tahu lebih lanjut, Arc System Works adalah pengembang yang membuat kedua game tersebut. Kala itu, kami juga mulai menyadari bahwa beberapa mekanik Guilty Gear dan BlazBlue ternyata dihadirkan di Ultimax, termasuk Burst dan beragam jenis manuver Cancel.
Walau terbilang game “lama” era 2014, grafik Ultimax versi 2022 masih terlihat cukup baik dengan gaya sprite art khas Arc System Works. Untuk versi PC, terdapat opsi anti-aliasing untuk membuat grafiknya menjadi lebih halus, dan keseluruhan game juga dapat berjalan di 60fps.
Masuk ke pembahasan audio, kami rasa seri Persona adalah satu dari sedikit game yang memiliki begitu banyak original soundtrack (ost) yang memorable. Sepanjang permainan, kami sering ikut bersenandung mengikuti alunan musik. Koleksi ost dari Persona 3 dan 4 hadir dihadirkan dalam game ini, dengan tambahan sejumlah musik orisinal.
Untuk voice acting, hampir semua pengisi suara terdahulu di Persona 3, 4 dan Arena kembali hadir di Ultimax. Hal ini tentu menjadi nostalgia tersendiri bagi para gamers yang sejak dulu mengikuti tiga game tersebut. Menurut kami, voice acting versi bahasa Jepang maupun Inggris di game ini terdengar sama-sama baik.
Kesimpulan

Persona 4 Arena Ultimax adalah game fighting bernuansa anime yang luar biasa. Ultimax menyuguhkan kedalaman konten serta beragam mekanik kompleks untuk pemain kompetitif, tapi juga tetap ramah terhadap mereka yang sekadar bermain secara kasual.
Menurut pengamatan kami, Ultimax mampu mengakomodir keinginan para pecinta seri Persona, dan juga mereka yang tidak mengetahui apa pun soal itu tapi menyukai fighting game.
Story Mode Ultimax bukan sekadar mode yang “ditempel” begitu saja dalam sebuah fighting game, tapi juga memiliki konten yang luar biasa kaya. Jika diestimasi, total durasi dalam konten Story Mode Ultimax berada di kisaran 14 jam! Kami rasa belum ada game fighting lain yang memiliki konten story sepanjang itu.

Akhir kata, kami rasa Persona 4 Arena Ultimax merupakan game fighting berkualitas tinggi yang layak dipertimbangkan untuk dimainkan sendiri, bersama teman, atau dengan pemain lain secara online.
Kehadiran Ultimax di tahun 2022 ini juga dapat menjadi angin segar bagi para pemilik modern platform yang menyukai seri Persona, tapi belum pernah mencobanya karena tidak memiliki Playstation 3 atau Xbox 360.