[Review] Resident Evil Village

Resident Evil, bisa dibilang telah menjadi franchise legendaris yang mampu bertahan hingga 25 tahun lamanya dan selalu menelurkan seri baru baik itu dalam bentuk game maupun film.

Menjadikannya salah satu franchise yang paling produktif sepanjang masa. Konsep Bio weapon yang relevan dengan kehidupan kita saat ini menjadi akar cerita yang selalu dibawa oleh Capcom pada tiap iterasi terbarunya. Hal inilah yang menjadi kunci kesukesannya hingga mampu bertahan ditengah banyaknya franchise baru mulai bermunculan.

Selain itu, Capcom juga tak ragu untuk menghadirkan formula baru pada tiap game yang ia racik menyesuaikan dengan era saat game tersebtu dirilis. Mulai dari menghadirkan model camera ala-ala CCTV dengan gameplay tank controls di seri pertama hingga Code Veronica, menghadirkan gameplay third-person over the shoulder camera di seri ke 4 hingga ke 6, serta first-person dengan elemen horror yang kental di seri ketujuhnya.

Begitupun dengan seri ke 8 yang diberi judul Resident Evil Village, dimana game ini sendiri kembali menawarkan formula yang mirip dengan seri ketujuhnya namun diberikan sentuhan action yang lebih banyak.

Lantas apakah Resident Evil Village berhasil menawarkan formula menarik yang membuatnya kembali diciintai oleh para gamer terutama fans? Akan dibahas dalam review kali ini.

Story

Menceritakan beberapa tahun setelah kejadian di Resident Evil 7, dimana Ethan Winters memulai kembali kehidupannya yang damai bersama sang istri tercinta, Mia Winters dan sang anak semata wayang yaitu Rose.

Ethan yang sudah melupakan masa lalu kelamnya, tiba-tiba harus kembali terlibat dalam sebuah peristiwa yang tidak kalah mencengangkan. Dimulai dari kedatangan Chris Redfield yang secara tiba-tiba membunuh Mia dan mengambil Rose.

Ethan yang saat itu juga dibawa oleh regu baru Chirs bernama The Hound Wolf Squad tiba-tiba terbangun di sebuah desa misterius dengan penduduk yang terancam dari serangan lycan. Ethan pun kemudian menelusuri desa tersebut untuk mencari anaknya yang hilang sekaligus mengungkap semua misteri kejadian yang menimpa dirinya.

Mampukah Ethan menemukan kembali anaknya yang hilang? Misteri apakah yang sebenarnya terjadi? dan kenapa peristiwa buruk tersebut harus kembali menimpa Ethan? Pertanyaan tersebut akan terjawab dengan memainkan Resident Evil Village ini.

Gameplay

Dengan dihadirkannya kembali Ethan Winters sebagai tokoh utama, maka Capcom juga mengembalikan gaya permainan sudut pandang orang pertama sebagai perspektif gameplay-nya.

Sepanjang permainan kita akan dihadapkan pada eksplorasi untuk mencari berbagai item, menyelesaikan berbagai puzzle, melawan para musuh diantaranya lycan, hingga bertarung melawan boss utama.

Di babak awal permainan player akan menelusuri Village yang akan menjadi stage dengan porsi permainan paling besar dalam game ini demi mendapatkan kunci agar bisa memasuki rumah dari 4 boss utama. Diantaranya Lady Dimitrescu, Donna Beneviento, Salvatore Moreau dan Karl Heisenberg. Yang mana keempatnya memiliki markas dengan tema berbeda yang juga mempengaruhi jenis musuh yang akan kita hadapi.

Di game ini merchant sepertihalnya di Resident Evil 4 juga kembali yang kali ini diwakili oleh seorang karakter misterius bernama The Duke. Dengan berkomunikasi dengannya kita bisa membeli berbagi item, mengupgrade senjata, menjual barang-barang yang ditemukan sepanjang jalan, hingga memasak untuk menaikkan buff permanen bagi Ethan.

Visual

Menggunakan kembali engine andalannya yaitu RE Engine membuat kualitas visual dari Resident Evil Village begitu realistis. Atmosfer horror yang dihadirkan oleh developer benar-benar terasa berkat penggunaan engine satu ini.

Apalagi kini RE Engine sendiri telah disempurnakan berkat pengalaman Capcom selama beberapa tahun terakhir ini. Sehingga menghasilkan sebuah engine yang stabil namun juga ringan, terbukti dengan performanya di PlayStation 4 yang mampu berjalan dengan performa 45 FPS dan waktu loading yang tidak terlalu lama.

Keseriusan Capcom dalam menggarap Resident Evil Village tergambar dari desain dunia yang mereka bangun. Hampir seluruh sudut desa berikut markas para villain benar-benar tampak mewah, elegan sekaligus mencekam. Penataan cahaya yang begitu brilian berhasil membangun atmosfer yang mencekam dan misterius.

Audio

Audio juga bisa dibilang merupakan salah satu aspek paling diperhatikan oleh Capcom ketika mengembangkan Resident Evil Village. Hal ini tergambar dalam keseriusannya menghadirkan tata suara yang fantastis. Apalagi ketika dimainkan menggunakan home theater audio atau mungkin headphone 7.1.

Selain itu untuk pengisi suara para karakter pun benar-benar berhasil dibawakan dengan sangat baik oleh tiap voice actor-nya sehingga merepresentasikan karakteristik mereka masing-masing.

Kesimpulan

Secara keseluruhan Capcom telah berhasil meracik kembali sebuah formula game RE terbaik lewat Resident Evil Village ini. Mulai dari jalan cerita yang menarik untuk diikuti sekaligus penuh emosional di akhir, gameplay first person dengan eksplorasi mecekam namun juga seru disaat bersamaan, kualitas visual RE Engine yang begitu memukau, hingga tata suara yang fantastis menjadikannya salah satu seri RE terbaik sejauh ini yang tentunya wajib untuk dimainkan oleh para gamer khususnya para fans RE itu sendiri.

Yandi Nurdiansyah

Read Previous

Keyboard Legendaris Berevolusi Berevolusi Menjadi Blackwidow V3 Mini Hyperspeed

Read Next

Free Games Playstation Plus Region 3 Periode Juni 2021

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *