Siapa sangka formula yang berhasil diracik Supermassive Games pada proyek game AAA pertamanya yaitu Until Dawn dinilai berhasil menarik minat para gamer pecinta game bertemakan Horror. Kesuksesannya tersebut lantas menarik minat Bandai Namco yang selama ini identik game-game bernuansa anime untuk bekerjasama menciptakan game terbaru dengan cita rasa khas Supermassive Games yang tetap dipertahankan.
Terciptalah The Dark Pictures Anthology: Man of Medan, game pertama yang akan menjadi bagian dari rangkaian The Dark Pictures Anthology series yang direncanakan akan rilis sebanyak delapan seri secara berkala tiap enam bulan sekali dengan latar belakang cerita berbeda tiap serinya. Berita baiknya, posisisnya sebagai game third-party membuatnya bisa dirilis secara multiplatform untuk PlayStation 4, Xbox One dan juga PC. Lantas seperti apakah pengalaman memainkan game yang satu ini? Semua akan dibahas dalam review kali ini!
Cerita Menegangkan yang Bikin Penasaran
Cerita diawali dari sebuah insiden yang terjadi pada kapal S. S. Ourang Medan tahun 1940, dimana kita akan berperan sebagai seorang awak kapal bernama Joe yang ditemani oleh sahabatnya bernama Charlie. Sesi prolog ini memang ditujukan sebagai tutorial bagi para player baru yang belum familiar dengan gameplay yang ditawarkan oleh game yang satu ini. Seperti kisah Horror pada umumnya, cerita pada sesi prolog tersebut diakhiri dengan tanda tanya besar seakan meminta para player untuk mengungkap misteri yang terjadi pada kapal S. S. Ourang Medan dengan terus memainkannya.
Cerita kemudian dilanjutkan beberapa tahun kemudian mengisahkan 5 orang anak muda yaitu Alex, Brad, Conrad, Julia dan Fliss yang hendak melakukan perjalanan ke tengah laut untuk mencari reruntuhan pesawat bekas Perang Dunia II. Fliss yang merupakan kapten kapal mengatakan bahwa mereka harus mematuhi segala aturan yang telah ditetapkan dan melarang membawa benda apapun dari kapal karam tersebut karena bisa membawa kesialan.
Sayangnya beberapa di antara mereka melanggarnya, dan benar saja dimalam harinya kapal yang mereka tumpangi dijarah oleh tiga perompak. Perompak tersebut mengetahui bahwa diantara 5 orang pemuda tersebut memiliki sebuah peta harta karun yang didapatkan dari hasil menjelajahi reruntuhan kapal dibawah laut. Dan peta tersebut mengarah pada misteri kapal S. S. Ourang Medan yang masih berada ditengah lautan, para pemuda tersebut secara terpaksa harus ikut dalam penelusurannya ke kapal itu untuk menunjukkan dimana lokasi harta karunnya.
Namun penelusuran tersebut malah membawa petaka, karena siapa saja yang memasuki kapal S. S. Ourang Medan secara sembarangan akan merasakan kengerian luar biasa hingga bisa merenggut nyawanya. Hal ini membuat porsi cerita yang dihadirkan begitu menegangkan sekaligus membuat penasaran. Kira-kira cerita seperti apakah yang nantinya akan terjadi dalam game ini? Misteri apa sebenarnya yang menyelimuti kapal S. S. Ourang Medan ini? Dan apakah 5 orang pemuda tersebut akan selamat nantinya? Semua pertanyaan tersebut akan terjawab dengan memainkan The Dark Pictures Anthology: Man of Medan ini!
Interactive Drama
Dalam game ini, kamu nantinya akan mengendalikan 5 karakter secara bergantian sesuai dengan porsi ceritanya masing-masing, semua keputusan yang diambil nantinya akan mempengaruhi progress cerita bahkan akan berpengaruh pada keselamatan karakter lainnya. Format cerita dibagi jadi beberapa sesi yaitu sesi penelusuran, cutscene, memilih tanggapan ataupun percakapan antar karakter, dan QTE (Quick Time Event). Pada sesi penelusuran, kamu diharuskan untuk mencari jalan keluar, berbagai clue, dan misteri yang menyelimuti tempat tersebut dari berbagai item yang tersebar.
Setelah itu cerita akan dilanjutkan dengan cutscene sinematik yang tak jarang akan langsung memberikanmu pilihan, baik percakapan antar karakter ataupun QTE. QTE di sini juga terbagi menjadi beberapa tipe, ada yang hanya membutuhkan kamu menekan tombol yang muncul di layar dengan benar sebelum waktu yang tersedia habis. Ada yang mengharuskan kamu menggerakkan analog kanan pada titik sasaran, sebelum menekan tombol R2. Ada juga yang mengharuskan karaktermu untuk tetap tenang dan menjaga kestabilan tubuh lewat sebuah sesi bernama Keep Calm, dimana kamu diharuskan menekan sejumlah tombol yang divisualisasikan ala pendeteksi jantung agar karakter tetap mampu menjaga ketenangannya di situasi yang menegangkan. Gameplay yang dihadirkan oleh game yang satu ini benar-benar merepresentasikan sebuah drama interaktif.
Kualitas Visual Di Atas Rata-Rata
Dua acungan jempol untuk Supermassive Games yang telah menghadirkan kualitas visual di atas rata-rata untuk game yang satu ini. Seperi halnya Until Dawn, mereka kembali menghadirkan model karakter yang di-render dari aktor dan aktris sungguhan menggunakan teknologi motion-capture. Hal ini menjadikan setiap karakter yang ada pada game ini tampak begitu realistis dan hidup. Berbeda dengan Untuk Dawn yang saat itu dibangun dari Decima Engine (Horizon: Zero Dawn) yang saat itu belum sempurna, Man of Medan ini dikembangkan menggunakan teknologi Unreal Engine 4 yang sudah terbukti kualtasnya.
Hasilnya, terdapat peningkatan visual yang signifikan, mulai dari penataan cahaya yang memukau, pergerakan kamera yang sinematik, detail lingkungan yang fantastis hingga ekspresi wajah yang realistis. Meskipun beberapa ekspresi wajah karakter tak jarang kurang sesuai dengan situasi yang ada. Selain itu terkadang game ini juga mengalami penurunan framerate yang cukup signifikan dan pop-up texture pada detail lingkungan di beberapa adegan yang memang sedikit mencedarai pengalaman selama memainkannya.
Audio yang Menambah Atmosfer Horror-nya
Salah satu hal elemen terpenting yang harus dimiki oleh sebuah game horror adalah kualitas audio yang tepat. Karena dari sanalah dapat terbangun atmosfer mencekam yang mampu menakuti psikologis para pemainnya. Jason Graves yang sebelumnya juga menangani Until Dawn kembali ditunjuk sebagai penanggung jawab untuk masalah ini. Dan benar saja, ia kembali berhasil menunjukkan kepiawaiannya dalam meracik soundtrack yang tepat.
Dari mulai musik yang mencekam, hingga efek-efek suara yang menambah kengerian saat memainkannya benar-benar dikemas dengan sangat baik dalam game ini, hal ini semakin menambah atmosfer horror yang ada. Voice act masing-masing karakternya juga tidak mengecewakan sama sekali, terlihat bahwa seluruh aktor dan aktrisnya benar-benar menjiwai karakternya dengan sangat baik.
Bisa Bermain Secara Multiplayer
Yang menarik dalam game racikan Supermassive Games kali ini adalah kesempatan untuk memainkannya bersama teman ataupun sanak saudara secara multiplayer. Kamu bisa bermain secara 2 Player Online mode ataupun memainkannya secara Offline Co-op hingga 5 orang pemain dengan Movie Night Mode-nya. Hal ini menambah nilai jual tersendiri apalagi buat kamu yang merindukan sensasi memainkan game secara bersama-sama dalam satu ruang keluarga.
Kesimpulan
The Dark Pictures Anthology: Man of Medan adalah sebuah awal yang baik dari keseluruhan The Dark Pictures Anthology series, sebuah game yang memberikan sensasi horror yang menegangkan namun juga sangat menarik untuk diikuti jalan ceritanya. Walaupun dari segi waktu untuk menyelesaikan ceritanya tidak terlalu panjang yaitu sekitar 4-5 jam, namun game ini sendiri memberikan banyak skenario cerita berbeda pada setiap opsi yang kita pilih dan dibutuhkan setidaknya empat ending berbeda untuk mengetahui misteri S.S. Ourang Medan lebih mendalam. Durasi permainan yang terbilang cukup singkat rasanya akan terobati dengan 14 ending yang tersedia.
Dari segi kualitas audio dan visual-nya pun begitu memukau dari segala aspek, meskipun sedikit tercederai oleh penurunan framerate dan pop-up texture yang tidak jarang terjadi. Selain itu, kamu yang merindukan sensasi memainkan game bersama teman maupun keluarga tidak hanya secara online melainkan juga offline dalam satu ruang yang sama akan termanjakan dengan fitur multiplayer-nya. Membuat game ini layak untuk dimiliki oleh para gamer pecinta genre Horror maupun yang baru tertarik untuk mencobanya.