Siapa yang tidak mengenal Dragon Ball series, manga/anime karya Akira Toriyama tersebut rasanya telah melekat dihati para penggemar di seluruh dunia khususnya Indonesia karena beberapa tahun lalu, anime-nya begitu populer dan rasanya sayang untuk dilewatkan saat tayang setiap hari minggu di salah satu TV swasta kala itu.
Sebuah manga yang akhirnya berevolusi menjadi franchise populer yang kemudian mengilhami manga lainnya untuk menyajikan sebuah cerita fantasy yang begitu memorable dihati penggemarnya. Kesuksesannya bukan hanya pada bidang manga serta anime saja, untuk adaptasi gamenya sendiri franchise ini terbilang cukup sering mendapatkan perhatian lebih dari para developer, terbukti dengan banyaknya game adaptasi Dragon Ball yang sering muncul dari generasi ke generasi.
Dari era NES dulu hingga era PlayStation 4 dan juga Xbox One saat ini. Bahkan di era saat ini saja ada setidaknya tiga game AAA yang diadaptasi langsung dari serial Dragon Ball Z antara lain Dragon Ball Xenoverse 2, Dragon Ball FighterZ, dan terakhir yang paling baru adalah Dragon Ball Z: Kakarot. Masing-masing dikembangkan oleh developer berbeda dan memiliki cita rasa menariknya sendiri. Namun yang menarik dari game adaptasi terakhirnya – Dragon Ball Z: Kakarot adalah formula yang dihadirkan kali ini sepertinya memang benar-benar diracik dengan effort yang lebih. Mengapa demikian? Penulis akan membahasnya dalam review kali ini!
Sensasi Nostalgia Tiada Tara
Satu hal penting yang berhasil dihadirkan oleh sang developer – CyberConnect2 dalam Dragon Ball Z: Kakarot adalah sensasi nostalgia tiada tara. Game ini masihlah mengadaptasi cerita Dragon Ball Z series dari kemunculan Raditz hingga perjuangan mengalahkan Buu, namun semua adegan cerita tersebut benar-benar direka ulang dengan sungguh-sungguh dan begitu memperhatikan detail dari source material utamanya.
Apalagi game ini bisa dibilang menyajikan sebuah formula yang selama ini diinginkan oleh para fans Dragon Ball Z saat menonton serial anime-nya dulu. Sebuah game Dragon Ball yang mengcover keseluruhan arc Z dari awal hingga akhir, konsep dunia semi open-world yang memungkinkan kita untuk menjelajahi setiap wilayah yang sebelumnya hanya bisa kita saksikan lewat potongan cerita baik di manga maupun anime-nya, hingga soundtrack anime-nya yang dihadirkan kembali seakan menambah sensasi nostagia ketika memainkan game yang satu ini.
Kualitas Visual Cel-Shaded Memukau
Lagi-lagi CyberConnect2 kembali berhasil menghadrikan kualitas visual dengan gaya Cel-shading yang memukau. Sepertihalnya yang berhasil mereka terapkan pada game adaptasi anime populer lainnya yaitu Naruto dengan Storm series-nya, pada game ini mereka juga menerapkan hal serupa namun terasa lebih terpopes dengan baik. Hal ini dikarenakan mereka menggunakan teknologi engine yang lebih mempuni yaitu Unreal Engine 4 yang selama ini memang dikenal selalu digunakan oleh para developer karena terbilang ringan serta fleksibel.
Alhasil kualitas visual dalam game ini sangat merepresentasikan tampilan di serieal animenya, bahkan terlihat jauh lebih baik, entah itu dari segi pencahayaan, bayangan, tampilan masing-masing karakternya hingga efek-efek serangan yang dilancarkan saat bertarung. Apalagi saat memasuki momen-momen epiknya, kombinasi antara jalan cerita menarik dengan visualisasi Unreal Engine 4 yang mempuni membuat game ini tampil begitu memukau.
Dunia Semi Open-World dengan Ragam Aktivitas
Seperti yang penulis katakan sebelumnya, mungkin kesempatan untuk menjelajahi dunia Dragon Ball sudah menjadi salah satu impian para fans sejak lama, dan kini hal tersebut terealisasikan dalam game ini. Walaupun harus diakui, konsep open-world yang selalu didengungkan oleh pihak developer memang bukanlah seperti yang diharapkan oleh para gamer. Game ini bukanlah sebuah game dengan dunia luas penuh dengan NPC yang saling berinteraksi satu sama lain.
Namun setidaknya cukup untuk memuaskan hati para fans karena menyajikan ragam aktivitas menarik yang bisa kita lakukan. Dari sekedar terbang mengumpulkan Z Orbs yang tersebar di penjuru daerah dengan tujuan menaikkan level para karakter dan juga membuka skill baru, melakukan serangkaian mini game seperti memancing, balapan, mengumpulkan part yang bisa kita gunakan untuk mengembangkan sebuah kendaraan, hingga bermain baseball di kampus Gohan.
Alih-alih hadir datang dengan konsep dunia “full open-world” yang menghadirkan segudang aktivitas dan juga kebebasan seperti halnya game garapan developer barat pada umumnya, Dragon Ball Z: Kakarot lebih menyajikan dunia “semi open-world” yang mungkin sudah tidak asing bagi pecinta game JRPG.
Gameplay Penyempurna Seri Sebelumnya
Gameplay dari Dragon Ball Z: Kakarot ini terbagi menjadi dua sesi, yaitu free roam dan juga battle. Sesi free roam membebaskan kita untuk menjelajahi berbagai tempat yang terbagi menjadi beberapa wilayah. Untuk memasuki wilayah tertentu kita harus membuaka world map terlebih dahulu, lalu memilih daerah mana yang akan kita jelajahi.
Di masing-masing daerah kita diberi kebebasan untuk melakukan serangkaian aktivitas seperti menyelesaikan quest tertentu, hunting, collecting, menghancurkan markas musuh, hingga memasak yang tentu bahan-bahannya harus dikumpulkan terlebih dahulu. Ada juga beberapa toko yang menyediakan berbagai item pendukung yang bisa kita gunakan saat bertarung nantinya.
Selain itu, kita juga bisa mengumpulkan tujuh Dragon Ball yang tersebar di berbagai penjuru daerah dan memanggil Shenron untuk memintanya mengabulkan permohonan. Kita bisa memohon untuk menjadi kaya raya, mendapatkan item langka, mendapatkan Z Orbs dengan jumlah yang banyak, hingga menghidupkan para karakter jahat yang nantinya bisa kita lawan kembali.
Sementara saat memasuki pertarungan, kita akan disuguhi gaya battle ala 3D arena fighting yang mungkin akan mengingatkan kita pada gameplay Dragon Ball Z: Budokai Tenkaichi series dan juga Dragon Ball Xenoverse. Malah penulis rasa gameplay-nya seperti merupakan perpaduan antara keduanya yang disempurnakan dengan ragam sekuens epik ditengah-tengah pertarungan khas CyberConnect2.
Elemen yang dihilangkan dari formula khas CyberConnect2 dalam game ini hanyalah sesi QTE (Quick Time Event) yang mungkin untuk sebagian orang dianggap mengganggu namun menurut penulis sendiri menjadi sebuah elemen menarik sekaligus menambah kadar keseruan saat menghadapi musuh utama dalam sebuah game adaptasi manga/anime. Walaupun demikian, Dragon Ball Z: Kakarot ini tetap berhasil menyempurnakan berbagai elemen yang dirasa kurang tereksekusi dengan baik oleh game adaptasi Dragon Ball sebelumnya.
Side Quest yang Memperkaya Cerita
Side quest dalam game ini juga menjadi salah satu elemen yang memperkaya cerita, mengapa demikian? alasannya karena kita jadi bisa berinteraksi dengan para karakter yang jarang mendapatkan sorotan di serial manga maupun anime-nya. Beberapa karakter yang sebelumnya absen atau tidak pernah dihadirkan kembali akan muncul di daerah tertentu dan meminta kita untuk menyelesaikan semacam tugas baik hanya sekedar mencari item tertentu hingga meminta untuk mengalahkan musuh yang akan menyerangnya. Setelah misi tersebut selesai kita akan diberikan berbagai reward dan souls emblem yang nantinya bisa kita alokasikan pada comunity board untuk memperkuat karakter.
Karenanya kita jadi diberikan gambaran bagaimana perkembangan mereka setelah sekian lama tidak bertemu dengan Goku. Beberapa karakter seperti Launch yang seringkali dipertanyakan keberadaanya oleh para fans semenjak Dragon Ball memasuki serial Z akhirnya diperlihatkan kembali dan ditunjukkan kemana saja selama ini. Maka dari itu, penulis sangat menyarankan jangan sampai melewatkan side quest dalam game ini apalagi buat kamu yang memang merupakan fans setia Dragon Ball.
Musik Penuh Kenangan
Dimulai dari lagu pembukanya yang disajikan mirip menyerupai opening serial animenya dengan iringan lagu “Cha-La Head-Cha-La” oleh Hironobu Kageyama, game ini sudah langsung membawa kita pada sensasi nostalgia penuh kenangan. Ditambah dengan musik pengiring serial animenya dimasa lalu karya Shunsuke Kikuchi yang ternyata dihadirkan kembali dalam game ini. Semakin menguatkan kesan bahwa CyberConnect2 benar-benar ingin membawa kembali memori lama kita saat menonton animenya di masa lalu.
Masalah Loading yang Mengganggu
Sayangnya, masalah loading terutama di konsol menjadi penghalang utama untuk kita bisa menikmati game ini secara penuh. Apalagi tiap daerah dalam game ini terbagi menjadi beberapa hub area yang tidak saling menyambung satu sama lain. Membuat kita harus berkali-kali menghadapi proses loading yang begitu lama tiap kali ingin menyelesaikan side quest ataupun cerita. Masalah ini bukan hanya berlaku saat kita ingin menjelajahi dunia saja, melainkan transisi ceritanya juga. Membuat pengalaman selama memainkannya harus ternodai dengan proses loading yang mengganggu ini. Semoga saja CyberConnect2 bisa benar-benar menanggulangi masalah ini lewat patch berikutnya.
Kesimpulan
Dragon Ball Z: Kakarot merupakan sebuah game adaptasi serial manga/anime karya Akira Toriyama dengan formula terbaik sejauh ini. Walaupun tidak bisa dibilang sempurna karena memiliki beberapa kekurangan yang mungkin tidak akan bisa diterima oleh semua kalangan gamer apalagi para pecinta game bergenre full open-world.
Namun setidaknya game ini mampu menghadirkan kembali sensasi nostalgia tiada tara saat memainkannya, perjuangan Goku dkk selama menghadapi musuh kuat yang mengancam keselamatan orang terdekatnya benar-benar di bangun kembali dengan baik. Sayangnya masalah loading mengganggu harus menodai pengalaman selama memainkannya yang semoga saja bisa ditangani oleh pihak developer dalam waktu dekat ini.
Akan tetapi kualitas visual cel-shaded memukau, gameplay yang seru, side quest yang memperkaya cerita, serta dihadirkannya kembali musik original serial anime-nya rasanya cukup menutupi kekurangan tersebut dan mampu menjadi nilai jual tersendiri, membuat game ini sayang untuk dilewatkan apalagi bagi para fans setia Dragon Ball. Sementara bagi para gamer yang belum pernah menonton anime ataupun membaca manganya, game ini juga bisa menjadi solusi untuk menikmati cerita Dragon Ball Z yang telah melegenda.