Outriders, sebuah game Third-person Shooter bertemakan Sci-fi garapan developer People Can Fly yang sebelumnya mengerjakan franchise Gears of War ini awalnya sempat diragukan saat pertamakali diperkenalkan lewat trailer perdananya. Hal tersebut dikarenakan game ini menekankan pada elemen multiplayer layaknya Anthem yang saat itu dinilai gagal memenuhi ekspektasi para gamer.
Namun setidaknya dibalik Outriders sendiri, ada nama besar sekelas Square Enix yang rela keluar dari zona nyamannya demi mengajak People Can Fly untuk bekerjasama meracik franchise ini. Sehingga mulai muncul rasa optimisme jika game ini mungkin saja mampu melampaui ekspektasi para gamer.
Lantas apakah game ini memang layak untuk dimainkan? Ataukah game ini justru akan bernasib sama seperti Anthem? Akan dibahas dalam review kali ini.
Story

Outriders menceritakan kisah umat manusia yang harus bertahan hidup dengan mencari planet baru untuk dihuni setelah planet bumi dikisahkan telah hancur lebur. Dengan menggunakan pesawat antariksa terakhir, umat manusia yang tersisa akhirnya berhasil mendarat di sebuah planet bernama Enoch. Sayangnya, ternyata planet Enoch bukanlah tempat yang ramah untuk manusia.
Akibatnya banyak manusia yang mengalami sebuah anomali aneh hingga membuat mereka memiliki kekuatan supranatural. Manusia tersebut kini diberi sebutan Altered. Hadirnya Altered justru menjadi pemicu konflik antar umat manusia yang membagi mereka kedalam beberapa faksi berbeda. Disitulah petualangan karakter utama kita sebagai salah satu dari faksi tersebut dimulai.
Lantas apakah umat manusia akhirnya dapat berdamai dan hidup berdampingan dengan para Altered di Planet Enoch? Pertanyaan tersebut akan terjawab dengan memainkan Outriders ini.
Gameplay

Sebagai sebuah game Third-person Shooter yang ternyata juga menitikberatkan pada cerita layaknya game Gears of War, ada dua opsi mode yang dapat dipilih oleh para gamer dalam game ini yaitu single-player dan juga multiplayer yang mendukung hingga tiga pemain sekaligus.
Sebelum memulai permainan, kita diberikan kebebasan untuk menciptakan karakter utama kita sendiri dan mengatur penampilannya sesuai keinginan. Mulai dari nama karakter, gender, jenis wajah, warna kulit, rambut, mata, gaya rambut, riasan wajah, hingga beberapa riasan aksesoris lainnya.
Setelah melewati bagian awal cerita, kita akan diminta untuk memilih satu dari empat kelas yang tersedia sebagai pondasi utama dari sang protagonis.
Kelas pertama adalah Technomancer yang menitikberatkan pada serangan jarak jauh dan support. Kelas ini sangat kuat apabila bertempur dari jarak jauh dan punya kemampuan pemulihan terbaik dibandingkan kelas lainnya. Kombinasi attacker dan healer ini membuatnya sangat cocok untuk jadi pilihan apabila player hendak bermain secara solo.
Kelas kedua adalah Pyromancer yang punya keahlian bertempur di jarak sedang. Kelas ini bisa bertarung secara jarak jauh maupun dekat menyesuaikan keadaan, mampu memulihkan diri dengan cara membakar musuhnya dengan api, serta bisa meledakkan musuh.
Kelas ketiga adalah Trickster yang berperan layaknya seorang Assassin. Kelas ini mampu mengendalikan ruang dan waktu dengan melakukan teleportasi atau menghentikan pergerakan musuh. Bertempur dengan cara Hit-and-Run dan sangat bergantung pada timing. Sayangnya, player mungkin akan mendapatkan kesulitan apabila memainkannya secara solo karena kelas ini butuh bantuan pemain lainnya secara co-op agar bisa maju tanpa hambatan.
Terakhir ada kelas Devastator yang berperan di garda terdepan layaknya sebuah tank. Kelas ini sangatlah kuat dalam pertarungan jarak dekat dan memiliki Health bar yang cukup tebal. Namun, kelas ini akan menemui kendala apabila dikepung oleh banyak musuh sekaligus.
Game ini bisa dikatakan bukanlah sebuah game open-world, melainkan game looter-shooter yang linear, di mana misinya sudah ditentukan dan ukuran area pertempurannya juga tidak terlalu besar.
Player nantinya hanya akan memiliki satu markas sebagai Hub area sebagai tempat transaksi jual-beli equipment, memilih area misi hingga mengundang teman secara online untuk bergabung sebagai karakter party.
Setiap misi, kita diberikan hanya perlu mengikuti titik objektif yang sudah ditentukan pada peta, menghabisi berbagai musuh yang menghadang, memungut amunisi atau senjata yang berserakan di tanah hingga akhirnya berhadapan dengan boss. Mekanisme gameplay-nya sendiri mirip dengan serial Gears of War, mengingat developer yang menanganinya memang sama.
Kita diberikan tiga slot senjata api yang bisa diganti dengan cepat menggunakan tombol segitiga. Sebagai sebuah game looter-shooter, kita tentunya dituntut untuk menembaki semua musuh dan memungut item yang mereka jatuhkan. Akan tetapi, tentu saja tugas tersebut tidaklah mudah, karena AI musuh tidak akan berdiam diri saja di tempat persembunyian mereka, membuat kita harus aktif bergerak dan berpindah tempat agar tidak terkepung oleh musuh.
Adanya musuh pengguna Sniper yang mampu mengurangi Health Bar karakter utama cukup signifikan juga membuat kita harus selalu rajin mencari tempat perlindungan untuk covering.
Outriders juga memiliki sebuah fitur menarik yang dapat menyesuaikan tingkat kesulitan dalam game ini yaitu Class. Semakin kita mahir dalam memainkan game ini, tingkat kesulitan baru akan terbuka dan AI musuh akan terus berevolusi menjadi semakin pintar. Semakin tinggi tingkat kesulitan yang kita pilih nantinya, maka persentase item langka yang muncul juga akan meningkat. Dan setiap kenaikan satu level kesulitan, kita juga akan dihadiahi item baru.
Visual

Untuk kualitas visualnya sendiri, Outriders menggunakan teknologi Unreal Engine 4 yang selama ini kemampuannya sudah tidak diragukan lagi. Sayangnya pemanfaatan Unreal Engine 4 ini kurang dilakukan dengan maksimal. Pasalnya masih ditemukan tekstur visual yang tampak datar dimana-mana. Tak hanya itu saja, animasi wajah karakternya pun masih terlihat sangat kaku.
Audio

Untuk urusan Audio, rasanya developer People Can Fly sudah menghadirkan kualitas yang cukup baik. Dari mulai efek suara tembakan dan ledakan selama pertempuran, hingga para aktor dan aktris pengisi suara yang mampu menyampaikan emosi karakternya dengan baik. Walaupun belum bisa dikatakan sempurna juga, mengingat masih banyak kekurangan disana-sini.
Kesimpulan

Dengan rendahnya ekspektasi para gamer dengan game satu ini sejak pertamakali diumumkan, diluar dugaan ternyata developer People Can Fly mampu menyajikan sebuah game yang terbilang cukup solid.
Alih-alih hadir dengan gameplay yang menitikberatkan pada aspek multiplayer layaknya Anthem, game ini ternyata bisa dimainkan secara single-player dan memiliki jalan cerita yang cukup menarik. Untuk gameplay-nya sendiri juga bisa dibilang seru dan mungkin akan mengingatkan para gamer pada Gears of War series.
Sayangnya dari segi kualitas visual, game ini masih memiki banyak kekurangan meskipun telah dibekali teknologi Unreal Engine 4 yang mempuni. Walaupun dari segi audio, rasanya developer People Can Fly sudah menghadirkan kualitas yang cukup baik.
Jadi secara kesimpulan bagi para gamer yang mungkin tertarik untuk mencobanya, rasanya tidak perlu ragu lagi. Kalian mungkin bisa mencoba versi demonya terlebih dahulu yang sudah bisa diunduh secara gratis melalui PlayStation Store atau Xbox Store untuk memutuskan apakah game ini memang layak atau tidaknya dibeli dengan harga pasaran Rp 829.000.